Nama : Adinda Sulistyo
Prihatini
NIM : 1803036070
Prodi : Manajemen
Pendidikan Islam
PANCASILA DALAM AL QURAN PADA JUZ
28
1.
Sila pertama
(Ketuhanan Yang Maha Esa)
Surat
Al-Hasyr Ayat 22
هُوَ
اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ ۖ
هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ
“Dialah
Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata,
Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
Ketuhanan
Yang Maha Esa
Penjelasan :
Ketuhanan Yang Maha Esa, manusia
yang beragama pasti memiliki Tuhan yang mereka sembah. Dalam agama islam hanya
ada 1 Tuhan yang disembah yaitu Allah SWT. Tidak ada yang pantas dan tidak ada
yang boleh disembah selain Dia. Hubungan dengan Sila pertama pada ayat diatas
adalah bahwa suatu pemerintahan pasti mempunyai Dasar Negara yang menjadi
pedoman atau berpegang teguh yang sama seperti ketika seorang hamba beriman
kepada TuhanNya.
2.
Sila kedua
(Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab)
Surat
Al-Mumtahanah Ayat 8
لَا
يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ
يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Allah
tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”
Ketuhanan
Yang Maha Esa
Penjelasan :
Kemanusiaan yang adil dan beradab ,
kita sebagai manusia harus memiliki sikap toleransi, adil, dan berbuat baik
terhadap sesama, karena sudah dijelaskan dengan sangat jelas bahwa Allah SWT
melarang kita untuk berbuat keburukan dan tidak berbuat adil dalam hal apapun.
Hubungan dengan Sila kedua pada ayat diatas bahwa manusia seharusnya memilki
sikap yang beradab dan berperilaku baik terhadap siapapun, yang menghargai
pendapat , dan adil terhadap setiap hak dan kewajiban diri sendiri maupun orang
lain.
3.
Sila ketiga
(Persatuan Indonesia)
Surat
Al-Hasyr Ayat 10
وَالَّذِينَ
جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا
الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا
لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka
(Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami
dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah
Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman;
Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”
Penjelasan :
Persatuan
Indonesia,beragam suku, ras, agama, yang berbeda beda yang bersatu dalam suatu
Negara yang bernama Indonesia, menjadi bukti bahwa walau memiliki banyak
perbedaan tapi Indonesia dapat bersatu. Hubungan dengan Sila Ketiga pada ayat
diatas adalah Kaum Muhajirin dan Kaum
ansor yang bersatu dan itulah yang menjadi contoh untuk generasi generasi
selanjutnya untuk menyatukan keberagaman walau berbeda asal tempat, ras, suku
dan yang lainnya.
4.
Sila keempat
(Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmst kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan)
Surat
Al-Mujadilah Ayat 10
إِنَّمَا
النَّجْوَىٰ مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيْسَ
بِضَارِّهِمْ شَيْئًا إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ
الْمُؤْمِنُونَ
“Sesungguhnya
pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang yang beriman
itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikitpun
kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya
orang-orang yang beriman bertawakkal”
Penjelasan :
Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratn perwakilan, dalam
ayat diatas dijelaskan bahwa dalam mengadakan pembicaraan atau musyawarah tidak
diperkenankan membicarakan tentang keburukan, yang membuat dosa. Di dalam ayat
diatas dijelaskan pula tentang anjuran membuat kebijaksanaan. Hubungan Sila
Keempat dengan ayat diatas yaitu, dalam permusyawaratan atau pembicaraan kita
dianjurkan untuk berbuat kebajikan serta kebijaksanaan dalam mengambil
kesimpulan atau keputusan dalam pemusyarawahan atau pembicaraan tersebut.
5.
Sila kelima
(Keadilan Sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia)
Surat
At-Talaq Ayat 8
وَكَأَيِّنْ
مِنْ قَرْيَةٍ عَتَتْ عَنْ أَمْرِ رَبِّهَا وَرُسُلِهِ فَحَاسَبْنَاهَا حِسَابًا شَدِيدًا
وَعَذَّبْنَاهَا عَذَابًا نُكْرًا
“Dan
berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka
dan Rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang
keras, dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan”
Penjelasan :
Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat indonesia, mudah saja sebenarnya, jika kita
melakukan kewajiban kita, maka kita akan mendapat hak kita. Pun pula ketika
melakukan kebaikan atau kebajikan, maka yang di dapatkan juga kebaikan atau
kebajikan tersebut, kemudian jika kita melakukan keburukan maka yang akan di
dapat adalah keburukan itu sendiri. Allah SWT itu Maha Adil, apapun yang
dilakukan itu pula yang akan didapatkan. Hubungan Sila Kelima dengan ayat
diatas adalah ketika berkhianat, mendurhakai perintah seorang pemimpin yang itu
benar maka yang akan di dapatkan adalah
dihukumnya seorang pengkhianat dan
pembangkang itu. Sebaliknya jika mentaati peraturan atau perintah maka kita
akan mendapat hak hak yang seberhaknya diperoleh.