Minggu, 15 September 2019

Kereta di Ujung Waktu

(Melaju tanpa ragu mengejar mu diujung waktu) 


Pada langkah waktu yang tak terhitung, dalam rasa hanya dikata, merenung tak bersuara. 


 Peron pijakan langkah dalam ingatan yang selalu mengiang.


Pelik suara berderu saat ingin berjumpa dan melepas rindu , mengulas berbagai rasa yang ada. 


Lantas yang terjadi hanya pergi atau kembali. 

 Bagai kereta pada sebuah stasiun. 

Tak ada yang tau, asing bisa menjadi candu. 


 Mungkin pergi untuk mencapai tujuan dari perjalanan kereta, atau untuk pergi jauh dan menetap pada stasiun yang lain. 


Selalu ada tempat berpulang, baik Sementara atau Selamanya.
Share:

Selasa, 25 Juni 2019

Sabtu, 06 April 2019

Jurang Rindu Asmara


Jurang Rindu Asmara
(untuk Karibku yang sedang berLDR ria)

Semua terasa saat kamu tidak lagi disampingku, tak lagi kutatap senyum manismu, tak lagi bisa ku perhatikan sikap konyolmu yang membuatku tersenyum lebar.

Kini, kita terpisah oleh jarak yang membuat jurang diantara asmara yang sedang menggebu. Kesibukanku menciptakan beban yang harus kamu pikul sendirian, duniaku mampu mengabaikanmu.

Maaf, untuk setiap kerinduan yang tak ku mengerti, yang tak pernah bisa membuat jembatan asmara diantara jurang rindu kita.

Cukup kamu percaya padaku bahwa disini diriku juga merindu, aku ingin melihat senyum manismu, menatapmu lama-lama dan duduk diantara pohon asri yang menjulang tinggi.

Untuk seluruh ujian yang kita lalui masing-masing, aku hanya bisa memohon kepada Sang Maha Agung agar kita dapat bertahan dan bersabar lebih, sampai pada saatnya kita dipertemukan.

Bantu aku untuk datang menjemputmu dan melangkah pada satu ikatan suci, dengan cara bertahan, percaya, dan berdoa. Bantu aku untuk menyelesaikan setiap ujian yang datang kepadaku, temani aku dalam setiap kesulitanku, temani aku dalam setiap kebahagiaan yang aku dapatkan.

Biarkan jurang rindu semakin lebar, tapi akan kita buat jembatan asmara yang menyatukan. Hanya Aku dan Kamu.

Share:

Sabtu, 30 Maret 2019

Jejak Takdir


Jejak Takdir
(Perjalanan Untuk Saling Melepaskan)

Langkah kaki mu yang semakin cepat menjauh dariku , semakin redup suara tangismu, dan kemudian hilang ditelan malam kelam.

Kau biarkan aku menangis dan menggila dalam kesepian yang menolakmu pergi.

Entah kau sedang apa, dan dengan siapa, serta bagaimana keadaan mu setelah kita berdebat hebat, Apa kau sama menjadi gila seperti ku? Atau, kau baik baik saja?.

Kubiarkan hatiku membencimu malam ini, menguras seluruh tandon air di mata hingga membuat jebol tembok  kenangan. Kubiarkan hatiku marah, benci, dan sesak terhadap pergimu. Hingga aku terlelap, dan mengira kepergianmu hanya sebuah mimpi buruk belaka.

Tapi, pada kenyataannya itu bukan hanya sekedar mimpi buruk tapi sebuah jejak takdir. Takdir bahwa kita harus berpisah disaat kita tak ingin mengakhirinya.

Jejak yang kau hilangkan, tak mampu kurengkuh,
Jejak yang kau tinggalkan, mampu merangkai teka teki rumit, dan membuatku semakin gila.

Muak hati membuatku kalah, dan membiarkanmu pergi dengan jejak takdir yang tak ingin kutahan lagi.

Kuhapuskan jejakmu yang masih membuatku bertanya, Kuikhlaskan kepergianmu.




Share:

Senin, 25 Maret 2019

Candu Yang Asing

Candu yang Asing

(Sebuah Rasa Kehilangan yang tidak bisa dilupakan) 

Bak dua orang yang sedang dimadu cinta. Lengkung senyum tipis manis menggugah semangat, tebarkan kebahagiaan dimana mana. Notif pesan singkat dengan nada khusus merambat ke hati menciutkan sepi.

Tiap Detik, Menit, Jam tidak pernah absen untuk saling melempar kata kata manja atau sekedar cerita tentang kehidupan masing-masing. Hanya Makan, Sembahyang, Buang Air, dan dipanggil Ibuk saja mereka berhenti untuk terus bermesraan ria lewat pesan singkat maupun berbincang lewat telepon.

Sampai saat, dimana sebuah masalah kecil yang terus merambah hingga hari-hari yang biasanya diisi oleh rayuan manja dan saling memotivasi tergantikan oleh sikap diam dan acuh tak acuh.

Yang biasanya tidak mau mengakhiri telepon dan berbalas pesan, sekarang malah dibiarkan berdebu dan tertimbun kesibukan yang itu dilakukan hanya untuk menutupi kekesalan dan amarah.

Lucunya, mereka tidak menyelesaikan nya dengan berbalas pesan atau berjanjian bertemu, tapi malah bersindiran di status. Ditambah juga aneh, ya aneh, bagaimana tidak, yang bisa melihat status itu pun hanya mereka berdua, tetapi tetap saja tidak menghasilkan sesuatu yang berujung perdaiman. Yang ada hanya terus saling menyindir sampai saling menyalahkan. lalu pada akhirnya, hilang.

Jelas selalu teringat semua kenangan, tapi tidak bisa menghindari kehilangan. Hingga saat, mereka kembali berkabar. Ada candu yang menjadi asing, ada tawa yang menjadi tangis, ada dia yang menjadi aku. Menggantikan posisi ku dihatimu.

Share:

Perpisahan di Akhir Senja


Perpisahan di Akhir Senja

(Untukmu, yang pergi untuk aku)

Saat itu senja begitu indah, dua anak manusia beradu tawa, dengan kopi yang manis pelepas dahaga. 
Hingga tak menyangka, akhir senja memisahkannya.

Saat itu senja begitu indah, menyisir jalan desa dengan motor tua tapi masih gagah. Semacam dunia milik berdua, padahal dunia milik Tuhan.

Saat itu senja begitu indah, bak hati berbunga bunga. Padahal saat itu musim dingin, mana ada bunga tumbuh.

Hingga saat senja tidak lagi indah, musim dingin tambah dingin. Bunga di hati sudah layu mati. Dan aku harus menikmati kopi pahit di senja yang tak lagi indah, setelah kau putuskan untuk mengakhiri asmara yang sedang menggebu ini, mengucapkan dengan lantang perihal perpisahan hubungan yang terjalin, disaat senja sedang merah merona.

Aku gila, terbebani kenangan manis sendirian, melakukan hal yang dibatas wajar seorang aku, dan berpura-pura melupakan padahal selalu mengingat. Dan kau pun kembali, untuk memulihkanku dan tentu saja memperdalam luka dihati. Menyadarkan dan meyakinkanku bahwa kepergiannya hanya untuk ku. Sejauh dia melangkah pergi, Tujuan kembalinya hanya aku (Kata Dia).

Luluh dan menerima hingga menjalani hidup sunyi dan semu tanpa bunga lagi di taman hati. Dan bersabar menunggu adalah jalannya. Entah dia akan kembali membawa ku pergi kepelaminan, atau kembali mengundangku sebagai tamunya. Entahlah.

Yang kutau hanya perpisahan ini menyakitkan, sejak saat itu senja tak lagi terlihat indah dimataku.

Share: