Sabtu, 30 Maret 2019

Jejak Takdir


Jejak Takdir
(Perjalanan Untuk Saling Melepaskan)

Langkah kaki mu yang semakin cepat menjauh dariku , semakin redup suara tangismu, dan kemudian hilang ditelan malam kelam.

Kau biarkan aku menangis dan menggila dalam kesepian yang menolakmu pergi.

Entah kau sedang apa, dan dengan siapa, serta bagaimana keadaan mu setelah kita berdebat hebat, Apa kau sama menjadi gila seperti ku? Atau, kau baik baik saja?.

Kubiarkan hatiku membencimu malam ini, menguras seluruh tandon air di mata hingga membuat jebol tembok  kenangan. Kubiarkan hatiku marah, benci, dan sesak terhadap pergimu. Hingga aku terlelap, dan mengira kepergianmu hanya sebuah mimpi buruk belaka.

Tapi, pada kenyataannya itu bukan hanya sekedar mimpi buruk tapi sebuah jejak takdir. Takdir bahwa kita harus berpisah disaat kita tak ingin mengakhirinya.

Jejak yang kau hilangkan, tak mampu kurengkuh,
Jejak yang kau tinggalkan, mampu merangkai teka teki rumit, dan membuatku semakin gila.

Muak hati membuatku kalah, dan membiarkanmu pergi dengan jejak takdir yang tak ingin kutahan lagi.

Kuhapuskan jejakmu yang masih membuatku bertanya, Kuikhlaskan kepergianmu.




Share:

Senin, 25 Maret 2019

Candu Yang Asing

Candu yang Asing

(Sebuah Rasa Kehilangan yang tidak bisa dilupakan) 

Bak dua orang yang sedang dimadu cinta. Lengkung senyum tipis manis menggugah semangat, tebarkan kebahagiaan dimana mana. Notif pesan singkat dengan nada khusus merambat ke hati menciutkan sepi.

Tiap Detik, Menit, Jam tidak pernah absen untuk saling melempar kata kata manja atau sekedar cerita tentang kehidupan masing-masing. Hanya Makan, Sembahyang, Buang Air, dan dipanggil Ibuk saja mereka berhenti untuk terus bermesraan ria lewat pesan singkat maupun berbincang lewat telepon.

Sampai saat, dimana sebuah masalah kecil yang terus merambah hingga hari-hari yang biasanya diisi oleh rayuan manja dan saling memotivasi tergantikan oleh sikap diam dan acuh tak acuh.

Yang biasanya tidak mau mengakhiri telepon dan berbalas pesan, sekarang malah dibiarkan berdebu dan tertimbun kesibukan yang itu dilakukan hanya untuk menutupi kekesalan dan amarah.

Lucunya, mereka tidak menyelesaikan nya dengan berbalas pesan atau berjanjian bertemu, tapi malah bersindiran di status. Ditambah juga aneh, ya aneh, bagaimana tidak, yang bisa melihat status itu pun hanya mereka berdua, tetapi tetap saja tidak menghasilkan sesuatu yang berujung perdaiman. Yang ada hanya terus saling menyindir sampai saling menyalahkan. lalu pada akhirnya, hilang.

Jelas selalu teringat semua kenangan, tapi tidak bisa menghindari kehilangan. Hingga saat, mereka kembali berkabar. Ada candu yang menjadi asing, ada tawa yang menjadi tangis, ada dia yang menjadi aku. Menggantikan posisi ku dihatimu.

Share:

Perpisahan di Akhir Senja


Perpisahan di Akhir Senja

(Untukmu, yang pergi untuk aku)

Saat itu senja begitu indah, dua anak manusia beradu tawa, dengan kopi yang manis pelepas dahaga. 
Hingga tak menyangka, akhir senja memisahkannya.

Saat itu senja begitu indah, menyisir jalan desa dengan motor tua tapi masih gagah. Semacam dunia milik berdua, padahal dunia milik Tuhan.

Saat itu senja begitu indah, bak hati berbunga bunga. Padahal saat itu musim dingin, mana ada bunga tumbuh.

Hingga saat senja tidak lagi indah, musim dingin tambah dingin. Bunga di hati sudah layu mati. Dan aku harus menikmati kopi pahit di senja yang tak lagi indah, setelah kau putuskan untuk mengakhiri asmara yang sedang menggebu ini, mengucapkan dengan lantang perihal perpisahan hubungan yang terjalin, disaat senja sedang merah merona.

Aku gila, terbebani kenangan manis sendirian, melakukan hal yang dibatas wajar seorang aku, dan berpura-pura melupakan padahal selalu mengingat. Dan kau pun kembali, untuk memulihkanku dan tentu saja memperdalam luka dihati. Menyadarkan dan meyakinkanku bahwa kepergiannya hanya untuk ku. Sejauh dia melangkah pergi, Tujuan kembalinya hanya aku (Kata Dia).

Luluh dan menerima hingga menjalani hidup sunyi dan semu tanpa bunga lagi di taman hati. Dan bersabar menunggu adalah jalannya. Entah dia akan kembali membawa ku pergi kepelaminan, atau kembali mengundangku sebagai tamunya. Entahlah.

Yang kutau hanya perpisahan ini menyakitkan, sejak saat itu senja tak lagi terlihat indah dimataku.

Share: