Jejak Takdir
(Perjalanan Untuk
Saling Melepaskan)
Langkah kaki mu yang
semakin cepat menjauh dariku , semakin redup suara tangismu, dan kemudian hilang
ditelan malam kelam.
Kau biarkan aku
menangis dan menggila dalam kesepian yang menolakmu pergi.
Entah kau sedang
apa, dan dengan siapa, serta bagaimana keadaan mu setelah kita berdebat hebat,
Apa kau sama menjadi gila seperti ku? Atau, kau baik baik saja?.
Kubiarkan hatiku
membencimu malam ini, menguras seluruh tandon air di mata hingga membuat jebol tembok kenangan. Kubiarkan hatiku marah, benci, dan
sesak terhadap pergimu. Hingga aku terlelap, dan mengira kepergianmu hanya
sebuah mimpi buruk belaka.
Tapi, pada
kenyataannya itu bukan hanya sekedar mimpi buruk tapi sebuah jejak takdir.
Takdir bahwa kita harus berpisah disaat kita tak ingin mengakhirinya.
Jejak yang kau
hilangkan, tak mampu kurengkuh,
Jejak yang kau
tinggalkan, mampu merangkai teka teki rumit, dan membuatku semakin gila.
Muak hati
membuatku kalah, dan membiarkanmu pergi dengan jejak takdir yang tak ingin
kutahan lagi.
Kuhapuskan
jejakmu yang masih membuatku bertanya, Kuikhlaskan kepergianmu.