Senin, 25 Maret 2019

Perpisahan di Akhir Senja


Perpisahan di Akhir Senja

(Untukmu, yang pergi untuk aku)

Saat itu senja begitu indah, dua anak manusia beradu tawa, dengan kopi yang manis pelepas dahaga. 
Hingga tak menyangka, akhir senja memisahkannya.

Saat itu senja begitu indah, menyisir jalan desa dengan motor tua tapi masih gagah. Semacam dunia milik berdua, padahal dunia milik Tuhan.

Saat itu senja begitu indah, bak hati berbunga bunga. Padahal saat itu musim dingin, mana ada bunga tumbuh.

Hingga saat senja tidak lagi indah, musim dingin tambah dingin. Bunga di hati sudah layu mati. Dan aku harus menikmati kopi pahit di senja yang tak lagi indah, setelah kau putuskan untuk mengakhiri asmara yang sedang menggebu ini, mengucapkan dengan lantang perihal perpisahan hubungan yang terjalin, disaat senja sedang merah merona.

Aku gila, terbebani kenangan manis sendirian, melakukan hal yang dibatas wajar seorang aku, dan berpura-pura melupakan padahal selalu mengingat. Dan kau pun kembali, untuk memulihkanku dan tentu saja memperdalam luka dihati. Menyadarkan dan meyakinkanku bahwa kepergiannya hanya untuk ku. Sejauh dia melangkah pergi, Tujuan kembalinya hanya aku (Kata Dia).

Luluh dan menerima hingga menjalani hidup sunyi dan semu tanpa bunga lagi di taman hati. Dan bersabar menunggu adalah jalannya. Entah dia akan kembali membawa ku pergi kepelaminan, atau kembali mengundangku sebagai tamunya. Entahlah.

Yang kutau hanya perpisahan ini menyakitkan, sejak saat itu senja tak lagi terlihat indah dimataku.

Share:

2 komentar: