Perpisahan di
Akhir Senja
(Untukmu, yang
pergi untuk aku)
Saat itu senja
begitu indah, dua anak manusia beradu tawa, dengan kopi yang manis pelepas
dahaga.
Hingga tak menyangka, akhir senja memisahkannya.
Saat itu senja
begitu indah, menyisir jalan desa dengan motor tua tapi masih gagah. Semacam
dunia milik berdua, padahal dunia milik Tuhan.
Saat itu senja
begitu indah, bak hati berbunga bunga. Padahal saat itu musim dingin, mana ada
bunga tumbuh.
Hingga saat senja
tidak lagi indah, musim dingin tambah dingin. Bunga di hati sudah layu mati. Dan
aku harus menikmati kopi pahit di senja yang tak lagi indah, setelah kau
putuskan untuk mengakhiri asmara yang sedang menggebu ini, mengucapkan dengan
lantang perihal perpisahan hubungan yang terjalin, disaat senja sedang merah
merona.
Aku gila,
terbebani kenangan manis sendirian, melakukan hal yang dibatas wajar seorang
aku, dan berpura-pura melupakan padahal selalu mengingat. Dan kau pun kembali,
untuk memulihkanku dan tentu saja memperdalam luka dihati. Menyadarkan dan meyakinkanku
bahwa kepergiannya hanya untuk ku. Sejauh dia melangkah pergi, Tujuan
kembalinya hanya aku (Kata Dia).
Luluh dan
menerima hingga menjalani hidup sunyi dan semu tanpa bunga lagi di taman hati. Dan
bersabar menunggu adalah jalannya. Entah dia akan kembali membawa ku pergi
kepelaminan, atau kembali mengundangku sebagai tamunya. Entahlah.
Yang kutau hanya
perpisahan ini menyakitkan, sejak saat itu senja tak lagi terlihat indah
dimataku.
Teruslah berkarya agar dapat meraih cita-cita.. Sukses ya
BalasHapusThank you san, sukses juga ya
Hapus